Jatuh cinta memang bisa membuat setiap orang menjadi berbunga-bunga. Jatuh cinta pada seseorang kemudian membangun hubungan yang kuat dan bahagia merupakan impian banyak orang. Tetapi tidak sedikit juga orang yang harus memupuk dan mempelajari cinta itu sendiri. Hal inilah yang kemudian dipertanyakan, apakah untuk menemukan satu pasangan yang tepat harus menunggu sampai jatuh cinta dengan seseorang atau berkomitmen dulu dengan orang yang sudah Anda kenal baru kemudian belajar mencintai?
Pernahkah kita mendengar cerita bahwa ada orang yang langsung jatuh cinta pada pandangan prtama ketika pertama kali bertemu di suatu tempat? Atau pernahkah Anda juga mendengar cerita tentang dua orang teman yang kemudian memutuskan untuk menikah? Atau hal-hal lain yang berhubungan dengan cara mereka jatuh cinta dan cara mereka untuk mencintai. Sebenarnya apakah ada perbedaan mendasar diantara kedua hal ini? Tentunya ada. Ketika Anda mempunyai suatu tipe pasangan ideal, maka Anda akan merasa tertarik jika menjumpai pria dengan tipe yang Anda inginkan. Tidak peduli apakah dia cukup pantas untuk Anda atau tidak, Anda langsung merasa jatuh cinta dengan dia. Jadi, jatuh cinta sebenarnya ketika Anda mempunyai sesuatu yang menurut Anda ideal dan kemudian Anda menemukannya pada diri seseorang. Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa jatuh cinta sama halnya dengan membentuk opini sendiri di kepala kita.
Jatuh cinta berlawanan dengan belajar mencintai. Ketika dua orang teman yang sudah saling kenal dan selalu berinteraksi satu sama lain, lama kelamaan bisa mempunyai cinta yang tiba-tiba muncul di hati mereka. Mengapa bisa terjadi? Karena mereka belajar mencintai orang yang ada di sekitarnya, dan terutama si teman ini. Ketika setiap hari mereka berinteraksi, mereka akan mulai belajar untuk mengenal pasangan lebih jauh dan kemudian membangkitkan perasaan cinta diantara keduanya. Sama halnya ketika banyak perempuan di Negara kita yang terlibat perjodohan atau percomblangan. Ambil contoh saja orang tua kita. Kebanyakan orang tua kita menikah karena dijodohkan dan mereka hidup bahagia sampai sekarang. Apakah dulu mereka mengalami cinta pada pandangan pertama? Tentunya tidak. Mereka belajar mencintai satu sama lain ketika keadaan memang mengharuskan mereka untuk tinggal bersama, melakukan aktivitas bersama, dan lain sebagainya.
Jatuh cinta dan belajar mencintai ini bahkan juga diteliti oleh penulis buku “Other People’s Dirt”, Louise Rafkin. Di dalam penelitiannya inilah kemudian dia menyimpulkan bahwa keputusan untuk bisa belajar mencintai memang layak dicoba. Karena jika tidak dicoba, Anda tidak akan pernah tau jika ternyata pria yang Anda kenal mempunyai latar belakang dan sifat-sifat yang Anda inginkan. Tetapi sebaliknya, untuk Anda yang terbiasa membina hubungan setelah jatuh cinta terlebih dahulu, konsep belajar mencintai ini memang akan sulit. Karena konsep jatuh cinta itu sendiri berangkat dari kisah dongeng.
Kisah dongeng ini sangat kuat di mata masyarakat. Mitos ini sebenarnya tidak harus sepenuhnya diikuti karena akan mempengaruhi bagaimana kita menyeleksi calon pasangan. Jika nanti Anda berpikir mencintai seseorang, maka Anda akan jatuh cinta dengan versi ideal dari orang tersebut. Anda jatuh dengan rasa cinta itu sendiri. Tetapi kemudian jika harapan-harapan itu dirusak, misalnya si dia berkhianat, menjadi gendut dan lain sebagainya, maka kita cenderung akan menjadi lebih depresi dan marah. Jadi, Anda harus bisa dan mau untuk memelihara hubungan itu sendiri. Lalu, apakah Anda bersedia untuk belajar mencintai?