Trauma pada batita sekilas memang sama dengan rasa takut tetapi ternyata dampak yang ditimbulkannya lebih tinggi. Trauma pada batitabukan sekedar bayi Anda takut pada orang yang baru dikenalnya. Karena jika hanya takut, itu memang wajar karena merupakan bagian dari tahapan dari tumbuh kembang anak. Selain itu, rasa takut pada anak kecil merupakan bagian dari mekanisme anak untuk mempertahankan diri. Ketika si anak takut, berarti tubuhnya sedang bereaksi dengan memberikan sinyal agar berhati-hati pada suatu ancaman yang ada di sekitar si anak.
Rasa takut pada anak biasanya muncul pada usia 6-8 bulan. Karena ketika bayi sudah berada di usia ini, dia sudah mampu untuk mengenali orang asing yang tidak biasa ditemuinya setiap hari. Biasanya anak umur segini sudah merasakan nyaman dan aman ketika digendong oleh orang terdekatnya, seperti Ayah, Ibu, Nenek, Kakek, maupun pengasuhnya. Sebaliknya, ketika dia digendong oleh orang asing yang belum pernah ditemuinya, dia akan berusaha untuk berontak, menangis, meronta dan menunjukkan sikap tidak tenang. Ini membuktikan bahwa mekanisme anak untuk mempertahankan diri sudah mulai muncul dan terbentuk.
Trauma pada batita ini sejurus memang seperti takut yang biasa atau normal tetapi lebih menjurus ke arah traumatik. Ciri yang menunjukkan bahwa si anak mulai merasa trauma adalah ketika dia menangis keras dan berteriak atau berlari memeluk orang tuanya dengan erat. Ketakutan seperti ini bisa terjadi ketika si anak pernah dimarahi oleh orang asing sehingga membuat si anak merasa ketakutan dan tidak aman dengan orang asing atau orang baru.
Untuk mengatasi rasa trauma pada bayi atau anak-anak adalah dengan cara yang bertahap. Anda bisa memulainya dengan cara menenangkannya, membelai, memeluk, membicarakan hal-hal yang menyenangkan dan membuat gembira atau menghindarkan si anak dari orang asing sampai si anak merasa tidak takut lagi dan sudah siap.
Ketika si anak merasa sangat ketakutan seperti ini biasanya orang tua merasa panic dan tidak tahu harus berbuat apa. Yang dilakukan orang tua ketika menunggu kesiapan si anak adalah terus-menerus memberikan rasa aman dan nyaman pada si anak dengan terus berada di sisinya. Ketika anak sudah merasa aman dan nyaman, kemudian cobalah untuk mengajak orang lain untuk bergabung dengan Anda dan si bayi, misalnya Om atau Tantenya untuk bermain bersama. Pastikan Anda mmeilih permainan yang disukai anak Anda. Lakukan cara ini secara bertahap. Jika si anak belum berani betuls untuk bermain dengan saudaranya, maka jangan paksakan. Lakukan dengan perlahan.
Trauma pada batita tidak bisa dipaksa untuk langsung sembuh. Ketika Anda mencoba menerapkan cara di atas, lakukan dengan lembut. Ketika anak belum siap, dia akan menangis dan menjerit serta berontak. Jika ini terjadi, cobalah untuk menarik diri dulu, kembali bermain nanti ketika si anak sudah kembali siap.
Ketika Anda sudah melakukan cara tersebut terus-menerus dan ternyata tidak berhasil, maka konsultasikan dengan psikiater atau psikolog.